Minggu, 20 Maret 2011

SMS (Sarana Menuju Selingkuh)

SMS (Sarana Menuju Selingkuh)

SMS adalah singkatan dari Short Massage Service (Layanan Pesan Singkat), tapi kebanyakan para pengguna ponsel ada yang menyebutnya SMS (Sarana Menuju Selingkuh).Hal ini merupakan dari salah satu dampak dari kemajuan teknologi adalah sesuatu yang jauh bisa menjadi dekat. Dengan SMS, komunikasi begitu dekat walau jarak antara kedua orang yang saling ber-sms begitu jauh.

Dengan tarif sms yang murah, seharusnya membuat kita semakin intens bershilaturrahim dengan siapa pun. Bukankah SMS adalah Sarana Menuju Shilaturrahim. Sarana untuk mempererat ukhuwah. Sarana untuk saling memberikan nasehat, mengajak kebaikan, menyampaikan informasi-informasi penting, penyampaian dakwah dan tulisan-tulisan sms yang shaleh lainnya.

Tetapi sangat disayangkan, ternyata tidak sedikit orang yang menggunakan sarana SMS untuk sesuatu yang tidak baik. Sehingga muncullah istilah lain dari SMS, seperti SMS (Sarana Menuju Selingkuh), SMS (Sarana Menuju Slek). Sehingga wajar jika muncul lagu Bang SMS, karena dengan sms itulah seorang suami atau istri bisa sayang-sayang dengan selingkuhannya. Maka tidak aneh, jika banyak keluarga yang awalnya utuh, kemudian menjadi runtuh karena selingkuh via sms. Bukankah selingkuh adalah selingan indah keluarga runtuh.Istilah sms gelap kadang muncul di kalangan kita. Maksud dari sms gelap adalah sms yang tidak bertuan alias nomor sang pengirim tidak dikenal, sementara isi sms biasanya penuh hinaan. cemoohan, fitnah, adu domba dan kata-kata kasar lainnya.

Jika jari-jemari tangan ini digunakan untuk memijit huruf-huruf yang ada di handphone, kemudian tersusunlah kata-kata kasar dan dikirim kepada orang lain, maka berarti tangan belum bisa menyelamatkan orang lain.
Kata-kata yang terungkap lewat sms mempunyai kekuatan yang luar biasa. Bahkan terkadang ia lebih ampuh daripada senjata. Betapa sering sebuah perpecahan keluarga berkobar disebabkan oleh sms yang isinya perselingkuhan.

Facebook (FB) dan SMS

Facebook (FB) dan SMS

Facebook (FB) dan SMS sudah bukan barang asing di negeri tercinta ini. Teman, sahabat, mantan kekasih, ”kecengan” masa remaja yang sudah puluhan tahun berlalu tidak bertemu dan tidak bersapa tiba-tiba datang di depan mata tanpa jarak. Kita bisa bercengkerama, berhalo-halo, bernostalgia, berbagi pengalaman, curhat, tanpa dibatasi ruang dan waktu lagi. Banyak sisi positif yang bisa kita raih, banyak pula sisi negatif yang bisa berpengaruh, bahkan banyak pula kejadian fatal yang bisa diakibatkannya.


Sisi positif antara lain:
  1. Tali silaturahim yang pernah terbina pada masa lalu nyambung kembali. Banyak hal yang akan diceritakan dan didiskusikan, bahkan ditertawakan dengan ceria. Cerita-cerita lama yang lucu akan muncul kembali, menambah keceriaan pertemuan di alam maya.
  2. Hambatan dalam berkomunikasi dengan cara berhadapan dengan sendirinya bisa diciptakan tanpa kesulitan. Komunikasi tertulis tanpa memandang orang yang diajak berkomunikasi memang membuka peluang bagi seseorang untuk lebih lancar dan mengalir.
  3. Hal positif lain sebagai akibatnya adalah bahwa komunikasi alam maya menjadi tempat berlatih menyusun kalimat dengan baik dan bahkan tempat berlatih merayu tanpa harus menanggung rasa malu.
  4. Ungkapan-ungkapan bebas mengalir tanpa hambatan dan diwarnai oleh rayuan-rayuan kecil, terutama bila pada masa lalu pernah terjadi hubungan yang agak istimewa atau salah satu dari yang berkomunikasi pada dasarnya tertarik dengan lawan berkomunikasinya. Bahkan, pada pasangan alam maya yang baru dikenal pun mungkin saja berkembang ke arah komunikasi tertulis yang diselingi rayuan-rayuan pula. Bagi orang yang pada dasarnya kurang mampu bergaul, melalui FB bisa mendapat kesempatan mendapatkan kenalan baru.
Kasus 1:
”Ibu, sudah dua tahun ini saya merasa tidak berdaya, merasa hampa, enggan melakukan apa pun, malas, tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan dari hidup ini. Kadang tersirat keinginan untuk mati saja, rasanya hidup saya tidak berharga lagi. Saya merasa teman-teman hanya mengambil manfaat atas hidup saya, dan tidak satu teman pun yang betul-betul mengerti saya.

Walaupun umur saya sudah 30 tahun, saya tidak pernah berniat untuk mencari pacar dari dunia maya, tetapi orang ini terus-menerus menghubungi saya sehingga lama-lama saya jadi terbiasa setiap hari sekitar satu-dua jam berkomunikasi melalui FB dan akhirnya juga menggunakan SMS. Lama-kelamaan saya merasa nyaman punya teman yang setiap pulang kantor dapat dihubungi. Segala hal yang saya alami dalam satu hari saya ceritakan, begitu pula halnya dengan X.

Saya merasa cocok, dan rupanya dia juga merasa cocok, lama-lama komunikasi berkembang dan diisi dengan saling merayu dan memuji cara saya berkomunikasi dan sesekali mengatakan bahwa saya tampak cantik di foto yang ada di FB. Saya memberi tahu X mengenai ciri fisik saya, dan katanya tinggi badan dia hanya berbeda 2 cm dari diri saya. Perasaan saya waktu itu benar-benar penuh dan saya merasa hidup terasa berarti dan penuh.

Pada suatu hari Minggu kita sepakat bertemu di sebuah restoran. Pada awal pertemuan, dia mengamati saya dari ujung kaki sampai ujung rambut dan berkomentar, ’Saya kira kamu tidak setinggi ini....’ Memang kecuali tinggi badan saya lebih dari kebanyakan tinggi badan perempuan lain, badan saya pun tampak besar, sementara walaupun hanya beda 2 cm, karena badan X agak ramping, jadi saya terlihat jauh lebih tinggi. Kami memesan makanan, tapi terus terang saya agak kecewa karena ternyata X agak pendiam sehingga relasi kami terasa kaku.

Setelah pesanan makanan kami habiskan, X langsung pamitan, dengan alasan ada janji di kotanya dengan seorang teman. Ibu, saya sangat terkejut ketika seminggu kemudian X mengubah statusnya yang tadinya single menjadi in-relationship. Satu bulan kemudian X menikah dan mengakhiri hubungan dengan saya.

Saya benar-benar sedih, merasa kehilangan teman bicara dan kehilangan seseorang yang selama enam bulan terakhir mengisi hati saya. Sejak itu sering saya menangis sendiri, bahkan tanpa terasa air mata sering berlinang. Ibu, saya patah hati, saya sedih dan saya merasa kehidupan ini tidak berarti lagi...,” demikian K (30 tahun).

Kasus 2:

”Ibu, istri saya selingkuh, saya tidak mau memaafkannya, saya benar-benar mau cerai dengannya. Saya perhatikan beberapa bulan terakhir ini ia selalu sibuk dengan laptopnya, katanya dia berhubungan dengan bekas teman-teman sekelasnya saat di SMA.

Tadinya saya pikir biasa saja dan saya tidak curiga sama sekali, tetapi pagi tadi saya lihat dia men-charge ponselnya, ketika saya keluar dari kamar mandi, dia cepat-cepat mencabut charger-nya dan berusaha menyembunyikan ponselnya di kantong daster yang dia pakai. Melihat gelagatnya yang gugup, saya jadi curiga dan minta ponsel yang dia pegang, tapi dia tidak memberikan, bahkan membawanya keluar. Saya tambah curiga dan saya berusaha merebutnya. Tentu saja tenaga saya lebih kuat, serentak saya buka isi ponselnya mengerikan, I love u, I miss you, dsb.
Saya penasaran dan saya buka inbox-nya, ternyata ada perjanjian ketemu di satu mal. Setelah saya tanya beberapa kali, baru dia mengaku bahwa mereka sudah tiga kali bertemu. Rupanya lelaki yang sebenarnya sudah menikah itu naksir istri saya saat masih di SMA, tetapi tidak cukup percaya diri untuk melakukan pendekatan karena banyak lelaki lain yang berminat dengan istri saya.

Kami sebenarnya sudah 24 tahun menikah dan punya dua anak yang sudah cukup dewasa, tapi saya tidak mau melanjutkan perkawinan saya. Anak-anak sudah dewasa. Kalau saya ceritakan bahwa ibunya selingkuh, pasti mereka memahami kalau saya mau menceraikan ibunya...,” demikian L (53 tahun).

Analisis
Dua kasus di atas adalah contoh konkret dari banyak kasus oleh ekses penggunaan FB dan SMS yang sangat tidak kita inginkan. K menderita depresi yang membutuhkan bantuan psikologik berlanjut dan keluarga L menjadi rentan terhadap perceraian akibat penyalahgunaan FB dan SMS, dengan dua anak kandung yang juga nyaris menjadi korban perceraian kedua orangtuanya. Jadi rupanya hal yang harus kita sadari adalah bahwa alat komunikasi canggih baru akan terasa kecanggihannya bila kita mampu memanfaatkannya dengan penuh rasa tanggung jawab dan terkendali.

Senjata Canggih di Dunia

 Senjata Canggih di Dunia
Senjata canggih di dunia biasanya dibuat untuk misi-misi persiapan ketahanan dan pertahanan suatu negara apabila terjadi konflik peperangan. Tiap negara besar untuk mengembangkan senjata canggih dengan daya hancur yang mengerikan masih terus berlangsung hingga saat ini. Semua mengembangkan ilmu dan teknologi yang menghasilkan daya penghancuran yang semakin luar biasa menakutkan. Berikut 10 senjata penghancur paling canggih di dunia yang sangat luar biasa itu.

1. Aurora Excalibur

Senjata ini merupakan pesawat tak berawak yang beroperasi dengan lepas landas dan mendarat secara vertikal. Pesawat ini dapat mencapai kecepatan 460 mph (740 kmh) dan dapat membawa misil untuk ditembakkan. Pesawat ini bisa melakukan semua hal itu melalui remote control. Excalibur berhasil diuji pada Juni 2009.

2. Peluncur Granat XM-25

Senjata ini mampu menembakkan 25 granat pada jarak apa pun, jarak dapat diatur dan diprogram pengguna. Senjata baru ini menggabungkan kemampuan menembak dan komputer.

3. Hellads

Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Pentagon mengembangkan senjata laser masa depan yang dikenal sebagai High Energy Liquid Laser Area Defense System.

Sistem laser ini dibuat seringkas mungkin agar dapat dipasang di pesawat taktis tanpa mempengaruhi performa misi. Laser ini cukup kuat untuk menembak jatuh roket, misil, dan artileri lain.

4. Kamuflase Masa Depan, Metaflex

Metaflex Future Camouflage, Ilmuwan Skotlandia mengembangkan kamuflase dengan menciptakan materi yang disebut Metaflex. Materi ini seperti jubah menghilang Harry Potter. Pemakai akan menjadi tak tampak karena materi Metaflex membengkokkan cahaya ketika sampai di permukaannya. Jubah hilang ini diuji tahun ini dan berpotensi dapat digunakan sebagai senjata pertahanan.

5. The Free Electron Laser

Angkatan Laut (AL) sedang merancang sistem laser lain yang dapat menembak jatuh roket dan misil yang menyerang kapal. Tak ada batasan penggunaan laser ini ketika sasarannya bukan pelacak, sensor, pertukaran informasi, dan target. Rancangan awal senjata ini selesai pada Maret dan prototipe senjata ini tersedia pada maret 2012.

6. Railgun



Militer Amerika Serikat (AS) menguji sebuah versi Railgun pada 2008 lalu. Senjata ini dapat mempercepat kecepatan proyektil menjadi 2,4 kmh (tujuh kali kecepatan suara). Versi sempurna senjata ini akan siap antara 2020-2025 mendatang.

7. Organisme Sintetis BioDesign

DARPA mengeluarkan dana sebesar US$ 6 juta (Rp 53,7 miliar) untuk proyek menciptakan mikroorganisme ‘yang diprogram hidup selamanya’. Mikroorganisme ini berisi molekul yang membantu bertahan hidup, serta dapat digunakan untuk membunuh hanya dengan menekan satu tombol. Debut senjata ini masih belum diketahui. (Bio Design Synthetic Organisms).

8. Senjata Pembunuh milik China

China mengembangkan ‘senjata pembunuh’ yang memiliki kemampuan menarget dan menghancurkan pesawat AS. Misil balistik antipesawat ini dapat menyerang pesawat AS pada jarak dua ribu km. Kemampuan manuver tak terprediksi misil ini membuatnya mampu menghindari radar. Debut senjata ini belum diketahui.

9. Hybrid Insect MEMS (HI-MEMS)

HI-MEMS terdiri dari setengah serangga, dan setengan mesin. Pertama, sistem mikro-mekanis ditempatkan di dalam serangga selama masa metamorfosis. Serangga ini beroperasi seperti mobil remote control. HI-MEMS akan digunakan untuk mengumpulkan informasi menggunakan sensor, seperti mikrofon atau detektor gas. Debut senjata ini belum diketahui.

10. Sistem Senjata Sunyi DREAD

Sistem Senjata Sunyi DREAD (DREAD Silent Weapon System) memiliki kemampuan menembakkan 120 ribu peluru per menit. Senjata ini sepenuhnya digerakkan listrik, bukan bubuk mesiu. Berarti senjata ini tak akan bersuara dan tak akan ada panas. Debut senjata ini belum diketahui.

Cara Kreatif Untuk Bunuh Diri

http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com

Cara Kencan Dengan Mantan Pacar ( X-Girl)

Cara Kencan Dengan Mantan Pacar ( X-Girl)

Mantan pacar atau kekasih adalah bisa dibilang menjadi satu kenagan manis dalm perjalanan kisak kasih dalam dunia percintaan.Baik itu yang muda atu yang tua pasti pernah merasakn cinta dan pastilah juga mempunyai yang namanya Mantan pacar atau kekasih.Terus bagaimana bila di paru perjalan kita ingin berkencan lagi dengan sang mantan.....???


Kencan dengan mantan kekasih teman bukanlah hal yang mudah dan terkadang menimbulkan dilema tersendiri. Di satu sisi Anda harus menjaga perasaan teman, namun di sisi lain Anda pun suka pada pria tersebut.

Apalagi jika si pria semakin mendekati Anda, tentunya akan semakin membuat bingung. Lalu bagaimana menjaga agar hubungan Anda dengan teman tetap baik, sekaligus dapat menjalin hubungan dengan si dia? Ikuti tips dari eHow berikut ini!


Pikirkan
Mengevaluasi dan memikirkan apakah berkencan dengan mantan teman tidak akan mengubah pertemanan Anda. Cari tahu terlebih dahulu bagaimana perasaan teman Anda terhadap mantannya.

Menganalisa
Cari tahu apa yang terjadi dengan hubungan mereka sebelumnya, alasan mereka berpisah dan bagaimana hubungan mereka saat ini. Jika Anda mengetahui kejelekan si dia, jangan mengaharapkan pria tersebut berubah tiba-tiba. Sebaiknya tinggalkan si dia dan jangan mau nasib Anda seperti teman Anda.

Pastikan hubungan mereka telah berakhir

Jika ternyata mereka baru seminggu putus, lebih baik berikan waktu untuk mereka membuat jarak terlebih dahulu. Jika Anda dekat dengan si dia ketika hubungan percintaannya baru saja kandas, bisa saja Anda hanya dijadikan sebagai pelarian si dia.

Beritahu situasi yang ada secara jujur kepada teman
Sebelum melangkah ke arah yang lebih dekat, sebaiknya bicarakan terlebih dahulu kepada teman Anda. Anda tetap harus menghargai keberadaan teman Anda. Jika ternyata teman Anda menyikapinya secara negatif, maka Anda harus memutuskan hubungan mana yang lebih penting, hubungan yang ada dengan teman Anda atau dengan si dia?

Terbuka

Jika teman Anda merasa tidak ada masalah Anda pergi kencan dengan mantannya, tetap saja Anda harus menganalisa reaksi ekpresi wajahnya. Dalam hal ini, terbukalah terus dengan teman Anda, beritahu teman Anda saat Anda akan berkencan dengan mantannya, apalagi jika Anda ingin meresmikannya menjadi pacar.

Bohong Itu Dosa

Bohong Itu Dosa

Semua agama menyuruh kita berbuat baik dan melarang perbuatan munkar atau kebohongan. Bohong atau Dusta adalah menunjukan sesuatu yg berbeda dgn yg sesunguhnya.Bohong atau dusta ini bisa dilakukan dgn lesan perbuatan maupun keyakinan
Tentu kita semua juga tidak menyadario ataupun dengan sengaja pernah embuat sebuah kebohongan. Baik itu yang kecil atau yang besar namanya tetep saja sebuah kebohongan yang merupakan awal dari sebuah kecerobohan.
Benar nggak yah,,,,kalau bohong itu dosa,,,,
kalau kita punya agama sih,,,,pasti jawaban kita “IYA”
Kalau berbohong intuk kebaikan gi mana dunkkkk bisa ga eahh??
perlu di timbang-timbang lagi kali yah,,,,emmm berbohong demi kebaikan ini
udah menjadi sebuah tradisi bangat loh,,,,,tapi sebagai seorang yang berpotensi
lebih baik jujur kali yah,,,,,,,,,,,,,seperti yang saya bilang tadi kita mesti
timbang-timbang lagi kalaumelakukan kebohongan.
Efek dari berbohong sangat banyak tapi salah satu nya sih,,,di benci Allah
Apa pun penyebabnya dusta harus kita jauhi. Karena itu mari kita jaga lesan perbuatan dan keyakinan dari hal-hal yg menjurus kepada perbuatan dusta.Ada pula yang menyatakan bahwa kebohongannya dimaksudkan untuk membawa "kebaikan". Bagaimanapun juga, semua anak mengetahui dan mengakui bahwa berbohong adalah perbuatan yang salah, dosa, dan tidak diperkenan baik oleh Tuhan maupun orangtua. Kebanyakan mereka memperoleh pemahaman tersebut dari orangtua.
apa mau kita di benci sama sang pencipta????
ya iyalah jawabannya nggak,,,!!!!
bagai mana teman-teman setuju ga kalau bohong itu dosa???
Kalimat ini juga sering di ucapakan oleh artis Indonesia Mas uya kuya
dalam acaranya UYA EMANG KUYA  kalau Mas UYA mulai menghipnotis
targetnya pasti di awal kalimatnya mengatakan Bohong itu Dosa loh,,,,

Setting Email POP3 Akun Hosting MWN Android

Setting Email POP3 Akun Hosting MWN  Android

Bagi kamu yang memiliki akun hosting di MWN, bila email kamu ingin dapat diakses melalui ponsel berbasis Android milikmu, berikut ini cara menyeting emailnya

1. Tekan icon ‘Email’ lalu Masukkan alamat email anda berserta password-nya, lalu tekan tombol ‘Next’
  

2. Pilih tombol ‘POP3′, masukkan data-data email anda:
  
Username: (diisi alamat email anda)
Password: (diisi kata sandi email anda)
POP3 server: mail.[nama domain anda]
Port: 110 (by default)
Security type: None (by default)
Delete email from server: pilih ‘Never’ bila tidak ingin
Lalu tekan tombol ‘Next’   

3. SMTP server: mail.[nama domain anda]
Port: 587 (by default)
Security type: None (by default)
[x] Require sign-in
Username: (diisi alamat email anda)
Password: (diisi kata sandi email anda)

Lalu tekan tombol‘Next’  

4. Inbox checking frequency: (kamu dapat men-set setiap 5 menit hingga setiap jam)
[ ] Send email from this account by default
[x] Notify me when email arrives

Lalu tekan tombol ‘Next’

5. Give this account a name (optional): (diisi apa saja)
Your name (display on outgoing messages): (diisi nama anda)
  
Lalu tekan tombol ‘Done’
6. Anda sudah dapat melakukan menerima dan mengirim email, selesai.
Selamat mencoba guys....

Cerita Anak SD yang Tepar karena Lapar

Cerita Anak SD yang Tepar karena Lapar

Rasa lapar adalah salah satu cara tubuh kita mengatakan kepada kita bahwa waktu makan telah tiba. Jika kita punya uang dan banyak waktu luang maka kita bisa makan di mana saja kita inginkan. Menahan rasa lapar terkadang cukup menyakitkan baik karena belum sempat makan maupun karena sedang melakukan ibadah puasa. Yang pasti makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.

Jika anda lapar coba saja anda minum segelas air putih / air mineral lalu lihat reaksinya dalam beberapa menit. Jika tiba-tiba rasa lapar hilang, berarti tubuh kita hanya haus walaupun informasi yang kita terima atau rasakan adalah rasa lapar ingin makan. Tetapi jika tetap merasa lapar, sebaiknya anda segera makan atau minimal isi perut dengan snack / makanan ringan yang bergizi. Kebiasaan menunda waktu makan dan membiarkan perut lapar dapat mengundang penyakit maag. Dari situlah ada kejadian akibat kelaparan di sekolah yang bisa mengakibatkan kematian karena kelaparan.Simak berita ini, sejenak mari kita renungi :

Magetan-Surya, Heran melihat Teguh Miswadi, 11, tidak masuk sekolah sejak Senin (18/2), Sujarwo menjenguk salah-satu murid pintarnya itu kemarin. Pak guru Sujarwo, 45, khawatir sakit maag Teguh kambuh, dan dia ingin membawanya ke Puskesmas.
Namun, tiba di rumah Teguh yang tinggal bersama neneknya di Desa Pupus, Kecamatan Lembeyan, Kab. Magetan, Sujarwo terkejut bukan kepalang. Di sebuah kamar yang tak terkunci di rumah setengah kayu dan setengah bambu itu, Sujarwo melihat siswa kesayangannya tergantung kaku. Teguh sudah tak bernyawa. Teguh bunuh diri.
“Seutas tali tampar biru menjerat lehernya,” kata Sujarwo saat ditemui Selasa (19/2). Tali itu diikatkan pada blandar atau kayu penopang atap.
Menurut Sujarwo, Teguh gelap mata, sangat mungkin karena tidak tahan akan rasa sakit yang menyerang perut. Maag itu sering membuatnya mengerang. Penyakit ini seharusnya dilawan dengan makan teratur dan bergizi. Tapi, justru itulah yang tak mungkin didapatkan.
Beberapa tetangga membenarkan Teguh hanya makan satu kali sehari. Kondisi Teguh yang tinggal hanya berdua dengan neneknya yang renta, memang sangat memprihatinkan. Siswa kelas 5 SDN Pupus 02, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan ini sering mengeluh sakit perut.
“Teguh menderita sakit maag akut sejak cukup lama dan.tak ada yang memperhatikan secara penuh sakitnya, termasuk kebutuhan makannya,” tutur Sujarwo dengan nada prihatin.
Dengan kondisi keluarga Teguh yang miskin, makan sebagai kebutuhan paling dasar tampaknya memang tak sanggup dipenuhi keluarganya. Teguh tinggal bersama Mbah Ginah, 76, neneknya yang buta di RT 2 RW 7 No 672 Desa Pupus, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan. .
“Sebetulnya tidak ada yang aneh. Anak itu mudah bergaul dengan teman sebayanya dan tergolong cerdas. Hanya, dia sering tiba-tiba terdiam,” kata Sukarni, 35, tetangga Mbah Ginah.
Baru ketika bocah ini nekat gantung diri, orang-orang dewasa di sekitarnya melek. Betapa tersiksanya Teguh yang hanya bisa mengisi perut sekali sehari. Bahkan sebelum meregang nyawa, dia diduga sangat kesakitan. Ini terlihat dari tas sekolah, buku-buku, sepatu, serta seragam sekolah yang ada di bawahnya berantakan.
Sangat mungkin Teguh yang mengenakan kaus hijau dan celana jins biru ini berkelojotan menahan sakit.
Menurut Sukarni, Mbah Ginah menjadi satu-satunya orang yang dianggap paling bisa memberi perhatian pada Teguh. Tetapi, karena sudah tak bisa melihat, Mbah Ginah memiliki keterbatasan. Selain itu, kemiskinan selalu saja menjadi sandungan.
Bahkan ketika bocah malang ini tinggal bersama ayahnya, Suwarno, 41, dia juga tidak mendapat perhatian apalagi dirawat layaknya seorang anak. Lagi-lagi kemiskinan yang membuat keluarga kecil ini berantakan.
Kata sejumlah tetangganya, Suwarno harus berangkat ke sawah sebagai buruh tani usai subuh dan kembali ke rumah menjelang senja. Ibu Teguh, Supartinah, 38, telah pergi merantau ke Sumatera sejak Teguh masih kecil. Hingga kini Supartinah tidak pernah kembali, sehingga tak ada yang sekadar menyapa apakah bocah ini sudah makan atau belum, apakah di rumah ada yang bisa dimakan atau tidak.
“Teguh kemudian memilih tinggal bersama Mbah Ginah yang tinggalnya masih sedesa dengan ayahnya. Meski sama-sama miskin, mbah yang buta ini lebih telaten,” kata Sukarni.
Teguh memilih mengakhiri rasa sakit dan kemiskinan itu dengan caranya sendiri. Bayu, 11, teman sebangku Teguh di kelas, menangis mendengar teman belajar dan teman bermainnya meninggal.
Menurut Bayu, nilai pelajaran Teguh yang duduk di bangku terdepan ini bagus-bagus. “Selalu 7 dan 8. Dia juga mampu menirukan semua bentuk lukisan maupun gambar di atas kertas,” kata Bayu.
Bayu ingat, ketika bermain bersama, Teguh sudah berpesan mulai Senin (18/2) tidak masuk sekolah lagi. “Sabtu lalu dia bilang sakit maagnya kambuh,” tuturnya.
Setelah memastikan sebab kematian, Kapolsek Lembeyan, AKP Subagyo langsung menyerahkan jasad Teguh kepada keluarga untuk dimakamkan atas permintaan keluarga.
Ayahnya, Suwarno, tak bisa dimintai keterangan karena pingsan setelah melihat Teguh meninggal.

Kamis, 17 Maret 2011

BOS adalah....

 BOS adalah ....

BOS adalah (Bantuan Operasional Sekolah)salah satu solusi pemerintah melalui Depdiknas, menyalurkan dana bantuan dan kemudahan melalui program BOS(Bantuan Operasional Sekolah).Sedangkan penerima BOS diutamakan bagi para siswa miskin yang bersekolah swasta. Termasuk membantu siswa putus sekolah, karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh sekolah. Jika kemudian masih ada sisa dana BOS, maka akan digunakan mensubsidi siswa lain. 
Bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa sehingga dapat mengurangi pungutan/sumbangan/iuran yang dibebankan kepada orang tua siswa, minimum senilai dana BOS yang diterima sekolah. Diharapkan, tidak akan ada lagi tamatan SD/MI setara yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB, karena mahalnya biaya masuk sekolah. 

Kepala sekolah proaktif mencari dan mengajak siswa SD/MI/SDLB yang akan lulus namun berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk ditampung di SMP/MTs/SMPLB. Demikian juga bila teridentifikasi anak putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke bangku sekolah. Mulai tahun 2007, pengelolaan program BOS Depdiknas dan BOS Depag dipisahkan. Depdiknas bertanggung jawab menyalurkan dana ke sekolah SD/SDLB/SMPLB/SMPT, baik negeri maupun swasta yang berizin operasional dari Dinas Pendidikan. Sedangkan Departemen Agama, menyalurkan dana ke MI/Mts/Salafiyah/Sekolah keagamaan lainnya, dengan izin operasional dari Depag.

Bagaimana Penggunaan Dana BOS?

  1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka Penerimaan Siswa Baru: biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang.
  2. Pembelian buku teks pelajaran (di luar buku yang telah dibeli dari dana BOS Buku) dan buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan.
  3. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, dan sejenisnya.
  4. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa.
  5. Pembelian bahan – bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan, koran, kopi, teh, dan gula untuk kebutuhan sehari – hari di sekolah.
  6. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah.
  7. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.
  8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer. Tambahan insentif rutin bagi kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah.
  9. Pengembangan profesi guru: pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS.
  10. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah.
  11. Pembiayaan pengelolaan BOS: alat tulis kantor (ATK), penggandaan, surat menyurat, dan penyusunan laporan.
  12. Khusus untuk pesantren salafiyah dan sekolah keagamaan non Islam, dana BOS dapat digunakan untuk biaya asrama/pondokan dan membeli peralatan ibadah.
  13. Bila seluruh komponen (butir 1 s/d 12) di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran dan mebeler sekolah.

Apa larangan BOS?

  1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.
  2. Dipinjamkan kepada pihak lain.
  3. Membiayai kegiatan  yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, study tour (karya wisata) dan sejenisnya.
  4. Membayar bonus, transportasi, atau pakaian yang tidak berkaitan dengan kepentingan murid.
  5. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.
  6. Membangun gedung/ruangan baru.
  7. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.
  8. Menanamkan saham.
  9. Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau daerah, misalnya guru kontrak/guru bantu dan kelebihan jam mengajar

Yang Benar adalah Wajib Sekolah 9 tahun, bukan Wajib Belajar 9 tahun

Yang Benar adalah Wajib Sekolah 9 tahun, bukan Wajib Belajar 9 tahun

Mengapa demikian...??? karena kalau cuma wajib belajar 9 tahun maka tidak wajib dong untuk sekolah 9 tahun. Karena pada dasarnya pendidikan wajib belajar 9 tahun adalah menganut konsepsi pendidikan semesta (universal basic education), yaitu suatu wawasan untuk membuka kesempatan pendidikan dasar. Jadi sasaran utamanya adalah menumbuhkan aspirasi pendidikan orang tua dan peserta didik yang telah cukup umur untuk mengikuti pendidikan, dengan maksud untuk tetap melanjutkan pendidikan atau seklolahnya sampai jenjang minimal 9 tahun.

Bagi warga negara yang memiliki kelainan emosional, mental, intelektual, dan atau sosial serta warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

Wajib belajar 9 tahun adalah hampir satu dasawarsa pencanangan sekaligus pelaksanaan wajib belajar 9 tahun, namun evaluasi tentang program ini sedikit sekali. Pada awal dimulainya program ini banyak orang beranggapan bahwa SMP dihapus dan SD dijadikan 9 tahun. Yang beranggapan seperti inipun bukan hanya dari masyarakat awam, melainkan guru/pendidik banyak yang beranggapan demikian. Dampak dari pelaksanaan wajarpun juga sedikit yang mengevaluasi.

Cukupkah kita sekedar memuji pelaksanaan wajib belajar. Sedikit anak usia 5-15 tahun yang tidak pernah marasakan sekolah dasar. Maraknya pembangunan gedung Sekolah Dasar, larisnya D2-PGSD, S1-PGSD menurunnya angka buta huruf adalah merupakan indikator keberhasilan wajar 9 tahun.Tidak sedikit siswa SMA yang kemampuan matematikanya, membacanya setara kelas IV SD. Ketika kelas 1 SD masih belum bisa membaca, belum lancar berhitung tetapi oleh sekolahnya tetap dinaikkan ke kelas II, alasannya klasik “ kitakan menyukseskan program pemerintah tentang wajib belajar 9 tahun ”. Selanjutnya anak tersebut harus mengikuti pelajaran kelas II yang semakin sulit, tetapi tetap saja naik kelas III, karena kalau tidak masyarakat akan mengatakan bahwa itu sekolah yang tidak mendukung program pemerintah.
 
Belum lagi tentang kejadian yang dialami anak-anakku, setiap menemui materi yang sulit dilewati, terutama matematika. Selain itu seandainya ada PR dan jawabannya tidak sesuai dengan gurunya niscaya akan disalahkan, padahal benar jawaban anak-anak itu. Keterampilan hanya diajarkan mengumpulkan hasta karya yang ada di pasar, bukan ditunjukkan cara membuat suatu karya. 
 
Tiba saatnya anak-anak tersebut masuk SMP, anak-anak yang kemampuannya, kompetensi dasarnya masih setingkat kelas IV SD dipaksakan untuk belajar materi SMP. Bisa kita bayangkan bagaimana sulitnya guru-guru SMP mengejar target kurikulum. Kalau guru di ibaratkan koki, maka siswa tadi adalah bahan mentah yang akan diolah sang koki untuk menjadi kue enak dengan nilai jual yang layak. Sebuah korelasi positif antara bahan mentah dan kue yang dihasilkan, yaitu jika bahan mentahnya bagus tentu akan dihasilkan kue yang bagus dan enak. Pun akan sebaliknya, koki mana yang sanggup membuat kue enak dan bagus kalau telur sebagai bahan mentah adalah telur busuk?
 
Menjelang pelaksanaan Ujian Nasional Kepala Sekolah SMP kebingungan. Bagaimana tidak? “Atasan” menargetken tingkat kelulusan harus diatas 90%, dengan alasan yang sama juga klasiknya “bahwa SMP kan kena program wajib belajar 9 tahun”. Untuk apa kelulusan mereka dipersulit? Tentunya permasalahannya bukan mempersulit atau mempermudah, tetapi kemampuan anak untuk mencapai standar kelulusan yang ditetapkan.Setelah kita satu konsep tentang wajar, maka kita bisa bersama-sama untuk memajukan pendidikan. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru atau sekolah. Seluruh Stake Holder School harus terlibat untuk keberhasilan pendidikan.
 
Pemerintah pusat seharusnya tidak menetapkan standar ganda. Menurut Undang-undang Sisdiknas bahwa gurulah yang berhak memberikan penilaian keberhasilan peserta didik. Namun seperti kita ketahui bersama ternyata pemerintah menentukan standar kelulusan siswa melalui Ujian Nasional. Cukupkah keberhasilan siswa selama tiga tahun hanya ditentukan dengan melihat hasil ujian selama tiga hari?. Pemerintah harus instrospeksi, bukankah standar ganda itu melanggar Undang-undang?
 
Dalam hal wajar 9 tahun, pemerintahpun harus tegas. Apakah setelah sekolah selama 9 tahun harus memiliki ijazah SMP? Apakah anak bangsa harus sekolah pada usia anak-remaja? Apakah anak bangsa harus sekolah tanpa memperhatikan kompetensi dasar yang dicapai? Saya lebih memilih bahwa hak mereka untuk sekolah adalah dijamin oleh Undang-undang. Namun sebaliknya kenaikan dan kelulusan mereka ada di tangan guru-guru mereka yang mengetahui ketercapaian kompetensi dasarnya. Gurulah yang berhak meniliai keberhasilan siswa begitulah yang diamanatkan oleh Undang-undang Sisdiknas. Sehingga kalau memang belum tercapai kompetensi dasarnya tidak harus dinaikkan, sekalipun anak tersebut telah menempuh selama 9 tahun. 

Hak anak adalah mendapatkan pengajaran, bukan kelulusan. Hak guru adalah menilai. Pemerintah berkewajiban melindungai semuanya, siswa, guru dan perangkat kurikulum yang berlaku serta menyediakan sarana prasarananya.Pemerintah Daerahpun jangan hanya melihat bahwa prosentase kelulusan UAN sebagai prestise daerah. Fenomena ketakutan dianggap sebagai daerah tertinggal sangat menghantui para pemimpin daerah, bahkan kalau kita simak beberapa saat lalu ada kepala daerah yang mengancam akan memutasi Kepala Sekolah jika banyak siswa yang tidak lulus.
 
Guru sebagai ujung tombak dalam perang melawan kebodohan harus selalu mengasah senjata. Asal-asalan dalam mengajar yang selama ini di jalani mulai pelan-pelan dikurangi. Bahkan saya mengusulkan guru secara berkala mengikuti UAN pada tingkat sekolah masing-masing. Bukan untuk menentukan kelulusan guru, melainkan untuk menjaga stamina keilmuan. Sebagai guru Bahasa Indonesia bukan berarti harus buta bahasa Inggris, matematika, ekonomi. Paling tidak guru akan selalu meng-update informasi dan pengetahuan. Begitu juga guru Matematika bukan berarti harus buta bahasa karena dengan bahasa yang benar proses transfer ilmu akan lebih mudah dimengerti oleh siswa.
 
Dalam hal meningkatkan pengetahuan, menambah informasi sudah zamannya kalau guru tidak buta teknologi. Internet sebagai sumber informasi masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru. Salah satu penyebabnya adalah biaya akses yang mahal. Kalau gurunya miskin informasi, gagap teknologi tentunya akan menghasilkan output yang miskin informasi dan berdaya saing rendah.
 
Akhirnya keberhasilan wajar 9 tahun jangan hanya kita jadikan pertanyaan atau pernyataan, tetapi sebuah komitmen bersama. Keberhasilan SMA ditentukan dari keberhasilan pendidikan di SMP. Keberhasilan pendidikan SMP pun ditentukan oleh keberhasilan di tingkat SD. Sehingga SD-SMP-SMA adalah suatu link pendidikan yang tidak terpisahkan. Jika pendidikan di tingkat SD benar tidak akan ditemukan siswa SMA kesulitan dalam membaca. Pendidikan adalah investasi jangka panjang, pendidikan adalah tanggung jawab bersama.

Berdasarkan alasan-alasan yang melatarbelakangi dicanangkan program-program pendidikan wajib belajar 9 tahun sebagaimana yang dikemukakan di atas, memberikan gambaran bahwa untuk mencapai peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang dapat memberi nilai tambah pada diri individu (masyarakat) itu sendiri mengenai penguasaan ilmu engetahuan, keterampilan, yang dapat mengantar kepertumbuhan ekonomi, peningkatan produktivitas kerja, martabat, dan kesejahteraan hidupnya, hanya dapat dicapai lewat penuntasan pelaksanaan pendidikan untuk semua.Dan yang lebih jelas dan perlu diutamakan adalah Wajib Sekolah 9 tahun bukan Wajib belajar 9 tahun.

Jumat, 11 Maret 2011

Komersialisasi Pendidikan Mengancam Masa Depan Bangsa

Komersialisasi Pendidikan Mengancam Masa Depan  Bangsa

Komersialisasi Pendidikan Mengancam Masa Depan  Bangsa, dalam tulisan ini dimaknai sebagi sebuah manajemen pendidikan yang menempatkan lembaga pendidikan sebuah institusi komersial. Sebagai lembaga komersial, maka lembaga pendidikan akan mengimplementasikan prinsip prilaku produsen, dalam literatur ekonomi liberal, tujuan produksi adalah untuk ”Profit Maximilizing” dalam hal ini dimaknai secara finansial. Secara sederhana Profit Maximilizing dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu Cost Reducing dan Revenue Increasing.

Paling tidak ada 3 (tiga) fenomena menonjol yang menimbulkan diskursus tentang komersialisai (Bahkan ada sebuah indikasi upaya untuk melakukan kapitalisasi pendidikan atau yang lazim kita sebut sebagaibarang dagangan”) didalam dunia pendidikan akhir2 ini. Fenomena pertama adalah menurunnya kemampuan pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan bermutu yang harganya terjangkau. Penurunan kemampuan pemerintah ini disebabkan banyaknya alokasi anggaran yang dipakai untuk bayar hutang pemerintah maupun bayar hutangnya para konglomerat. 

Hal ini menimbulkan implikasi  terhadap pembiayaan pendidikan dengan ditandai adanya pengalihan finansial pada lembaga pendidikan yang dituangkan dalam bentuk otonomi penyelenggaraan pendidikan.. yang sangat kentara terliahat pada status Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Keadaan seperti ini sebenarnya mencerminkan karakter pemerintahan kita hari ini yang selalu membuka peluang atas terjadinya liberalisasi dan privatisasi disemua sektor vital yang sangat dibutuhkan oleh rakyat! Penyelenggara negara selalu memposisikan dirinya sebagai regulator atas kepentingan modal imperialisme, sehingga banyak melahirkan kebijakan dalam bentuk UU yang hari ini sangat menindas rakyat. 

Fenomena ke 2 (dua) adalah peningkatan biaya masuk sekolah yang belakangan ini banyak dikeluhkan oleh wali murid (jelata). Fenomena kedua ini banyak terjadi disekolah menegah (SMP dan SMA / SMK) menyusul diterapkannya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang memberikan kesempatan kepada sekolah sebebas-bebasnya untuk menggerakkan roda kebijakannya  yang dianggap perlu demi peningkatan mutu. Dengan alasan inilah sekolah seakan berlomba untuk menetapkan biaya masuk sekolah yang cukup mencekik (mahal).

Fenomena yang terakhir adalah maraknya lembaga bimbingan yang menawarkan layanan pendidikan dengan orientasi yang betul-betul ”Market Oriented ”. Dalam hal kualitas lembaga ini bersaing dengan sekolah, walau lembaga ini belum mampu menjadi pesaing formalitas karena kewenangan memberikan ijzah masih ada pada departemen pendidikan. Maraknya lembaga bimbingan ini setidaknya dipicu oleh rendahnya kemampuan guru untuk melalukan proses Didaktik-Metodik di sekolah, sementara sekolah sekarang hanya berorientasi pada kognitivasi ( keberhasilan sekolah hanya ditekankan pada kognitf). Tiga fenomena inilah yang memicu maraknya komersialisai pendidikan yang pada gilirannya akan mnembawa simiskin semakin miskin dan tertindas. Untuk itu ” Ayo” Pererat persatuan dan kobarkan semangat perjuangan rakyat tertindas untuk melawan domonasi Imperalisme yang berkembang di negara kita saat ini. (banyak sumber)

Intimidasi Dalam Dunia Pendidikan

 Intimidasi Dalam Dunia Pendidikan

Intimidasi Dalam Dunia Pendidikan di Indonesia  sekarang ini memang banyak kita jumpai. Dan itu telah banyak mengalami perubahan yang fundamental atau dari akar filosofisnya. Baik perubahan yang positif maupun negative. Banyak yang tidak sadar akan sebuah pengekangan akal yang terjadi di beberapa sekolah konvensional. 

Murid didik tidak dianjurkan untuk memperkaya pengetahuan hanya ilmu sekolahlah yang perlu dipelajari dan dikembangkan. Bukankah hal ini yang menjadikan murid seperti katak dalam tempurung dan akhirnya menjadi kerdil dan kurangnya pengetahuan di dalamnya.


Liberalisasi pemikiran kadang dipandang sebelah mata dan tidak menyeluruh. Ketakutan akan pemikiran yang tak terkendali yang akhirnya membawa sang pemilik akal menuju jurang paradoklah yang biasanya menjadi alasan. Sebenarnya bukan ilmu yang menjadikan seseorang bersikap radikal tetapi cara berfikir yang salahlah yang menyebabkannya.

Instansi pendidikan haruslah kembali ke tujuan awal yaitu mencerdaskan manusia. Bila pikiran saja sudah terbelenggu dengan adanya penjara akal yang mencoba mengekang maka tidak aka nada lagi sisi revolusi pemikiran yang terbangun untuk bisa lepas. Kemapanan yang dinikmati menjadi sesuatu yang menina bobokkan pikiran. Sehingga pikiran tidak bisa lagi dinamis. Hanya berfikir sempit. Ilmu yang dimiliki Allah tak terbatas bahkan jika air laut dari 7 samudra digunakan sebagai tinta dan seluruh pohon didunia ini sebagai kertasnya maka tidak akan cukup menuliskan ilmu Allah yang begitu banyaknya.

System pendidikan yang membebaskan adalah system pendidikan yang terbangun atas dasar kesadaran pribadi manusia bukan atas dasar pemaksaan. Manuia bisa disebut objek yang unik karena fleksibilitas jiwa dan pemikirannya. Bukannya hewan yang bisa digeneralisir dan disamakan. Perlakuan pendidikan kepada manusia pun haruslah menjadikan manusia dapat berfikir kembali atas eksistensinya.

Kesadaran atas eksistensi dapat mengarahkan manusia ke dalam tujuan hidup. Yakni mengarah kepada Allah SWT sebagai sumber dari kebaikan. Hal-hal yang bersifat fisik hanyalah sementara adanya. Dalam artian bukan suatu capaian kedepan untuk melakukan sesuatu.( BANYAK SUMBER)

Jumat, 04 Maret 2011

Guru Yang Baik Adalah.......

Guru Yang Baik Adalah.......

Pada dasarnya tugas guru adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar ia merupakan medium atau perantara aktif antara siswa dan ilmu pengetahuan, sedang sebagai pendidik ia merupakan medium aktif antara siswa dan haluan/filsafat negara dan kehidupan masyarakat dengan segala seginya, dan dalam mengembangkan pribadi siswa serta mendekatkan mereka dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka dari pengaruh-pengaruh yang buruk.Seorang guru wajib memiliki segala sesuatu yang erat hubungannya dengan bidang tugasnya masing-masing.

Guru yang baik adalah guru yang  hendaknya bisa menjadi guru profesional yaitu mengetahui hal-hal sederhana soal konseling, termasuk dalam hal-hal yang kecil sehingga murid bertumbuh. Ada beberapa poin yang dia sampaikan:

  1. Mengenal nama dari siswa dan panggil siswa dengan namanya.
  2. Memberikan salam kepada siswa dan rekan kerja dengan hangat dan ramah.
  3. Pergi menghadiri acara-acara siswa di luar kelas, misalnya ibadah, pertandingan, dan lain sebagainya.
  4. Mengingat sesuatu yang pernah digumuli oleh siswa sebelumnya. Contohnya: apakah mamamu sudah keluar rumah sakit?
  5. Hindari bersifat sarkastik dalam memberikan komentar atas kebodohan atau kenakalan yang dilakukan seorang siswa. Ini akan melukai hati siswa.
  6. Jangan pernah toleransi dengan masalah SARA, termasuk lelucon-lelucon masalah SARA.
  7. Ingat pepatah yang diberikan orang tua kita: jika kita tidak bisa menyampaikan atau melihat sesuatu yang baik tentang seseorang, jangan katakan apapun.
  8. Katakan suatu kebenaran atau teguran secara pribadi. Contohnya: Ayu, saya sebenarnya curiga kamu menyontek…, Amir, kamu kurang belajar dan malas sepertinya… Hasan, kamu kok bau ya, apakah kamu tidak mandi pagi? Besok mandi ya… Mei, kamu suka mengganggu…)
  9. Selalu mendorong bahwa kemampuan siswa lebih dari yang merasa dimiliki siswa.
  10. Jadilah guru yang positif, namun hati-hati bila selalu memuji pekerjaan baiknya. Tidak ada seorang pun belajar lebih cepat ketika dia merasa bahwa dia merasa berhasil.
  11. Pertunjukkan persahabatan dan jadilah jujur dan obyektif dalam penilaian terhadap murid-murid yang kita juluki “nakal” atau mengganggu.
  12. Menjadi teman siswa, namun jaga jarak juga.
  13. Jangan pernah menyerah dengan siswa kita, dan jangan menjuluki mereka secara permanen, misalnya: si bodoh, si cerewet, si pemalu, dsb.
  14. Setiap kali memberikan pedoman dan aturan, sampaikan alasannya dan jangan tidak disampaikan apa yang dimaksud.
  15. Tahu membedakan mana siswa yang hanya mendengar dan yang memperhatikan sehingga bisa menyerap. Caranya adalah mendengarkan mereka yaitu memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya. Ini semua menurut pendapat dair orang-orang yang berprofesi sebagai Guru saja.....tidak tau saiya apa pendapat anda???? silahkan beropini sajalahhhh......

PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini)

 PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini)
Peningkatan mutu pendidikan Islam difokuskan pada perluasan inovasi proses pembelajaran pada semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan, sehingga terwujud proses pembelajaran yang efisien, menyenangkan dan mencerdaskan berdasarkan tahap-tahap pekembangan usia dan kematangan peserta didik. Pengembangan proses pembelajaran pada satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) lebih dikonsentrasikan pada penguatan perlindungan dan penghargaan terhadap hak-hak anak dengan lebih menekankan pada upaya pengembangan kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual dengan prinsip bermain sambil belajar, karena dunia anak-anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupannya. Dengan bermain akan mendapatkan kesenangan, kepuasan, dan kegembiraan. Selain itu, dapat mengungkapkan perasan, pikiran, dan tenaganya.
Dalam kegiatannya sehari-hari, dari waktu ke waktu bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam diri anak-anak. Seolah-olah tidak ada satu kegiatan pun yang dilakukan tanpa unsur bermain. Kapan, di mana, dan dalam keadaan bagaimana pun anak-anak akan bermain dan terus bermain. Dari pagi hari, sejak bangun tidur, hingga malam hari menjelang tidur lagi, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bermain. Di rumah, di sekolah, atau di lingkungan masyarakatnya pun akan terus bermain. Ketika keadaan jasmani sehat, maka dia akan terus berusaha bermain. Bahkan dalam keadaan sakit pun biasanya merengek-rengek ingin tetap bermain tanpa memperhatikan rasa sakit yang dideritanya.
Anak-anak akan mencari kesempatan dan berusaha terus untuk bermain. Mereka yang tinggal di pedesaan bermain sambil bercocok tanam di sawah, ladang, atau kebun. Anak-anak nelayan di tepi pantai atau di laut bermain sambil berenang, berlayar, menyelam, atau mencari ikan. Begitu pula yang tinggal di perkotaan bermain dengan permainan yang memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu berbagai jenis permainan elektronik yang modern, seperti robot-robotan, mobil-mobilan, berbagai jenis permainan (game), dan sebagainya. Sementara itu di negara-negara yang mengalami musim salju anak-anak bermain dengan manfaatkan salju atau es, seperti  membuat boneka  atau  bangunan.  Tidak  ketinggalan  di  negara  yang  dilanda  perang,
seperti Palestina atau Afganistan, di tengah-tengah puing-puing reruntuhan bangunan diselingi dengan desingan peluru dan dentuman bom, mereka tetap bermain.
Ada satu pertanyaan penting yang berkaitan dengan kegiatan bermain pada diri anak-anak, yaitu mengapa anak-anak gemar bermain?. Jawaban pertanyaan ini bisa dilihat dari berbagai aspek, seperti pendidikan dan psikologi. Anak-anak bermain karena dia menyimpan tenaga yang berlebih pada dirinya. Oleh karena itu, kelebihan tenaga itu harus disalurkan. Penyalurannya dilakukan dalam bentuk bermain. Anak-anak pun bermain untuk memulihkan tenaganya karena sudah digunakan untuk berbagai jenis akitivitas seperti belajar atau kegiatan lainnya. Selain itu, bermain ini untuk mempersiapkan tenaga dan pikirannya dalam menghadapi kehidupannya. Dengan bermain mereka melatih jasmani atau fisiknya agar kuat dan bertenaga serta melatih rokhaninya sehingga fikirannya tercerahkan untuk menghadapi kehidupan. Anak-anak pun bermain untuk melatih fungsi-fungsi jiwa dan raganya sehingga akan didapatkannya kesenangan, kepuasan, dan kegembiraan. Di samping itu, anak-anak bermain untuk menunjukkan kepribadiannya sebagai individu, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Dari kepribadian anak-anak sebagai individu dapat dilihat watak, sifat, atau karakternya. Sebagai anggota keluarga dan masyarakat kepribadiannya dapat dilihat dalam pergaulan dengan orang tua, kakak, adik, teman, guru, orang yang lebih tua atau muda. Mereka mentaati norma-norma atau perturan-peraturan yang berlaku di masyarakat.
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003, adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dianggap penting karena ketika anak lahir telah dibekali oleh Tuhan dengan berbagai potensi genetis, tetapi lingkungan memberi peran sangat besar dalam pembentukan sikap kepribadian dan pengembangan kemampuan anak. Selain itu jaringan otak manusia yang paling menentukan terjadi ketika anak masih berusia dini, dan usia 4 tahun pertama merupakan usia yang paling rawan. Yang perlu diperhatikan dari anak adalah seberapa jauh anak merasa diperhatikan, diberi kebebasan atau kesempatan untuk mengekspresikan ide-idenya, dihargai hasil karya atau prestasinya, didengar isi hatinya, tidak ada paksaan atau tekanan, ancaman terhadap dirinya dan mendapatkan layanan pendidikan sesuai tingkat usia dan perkembangan kejiwaannya.
Pendidikan anak usia dini popular pada tahun 80-an yang dikenal dengan Taman Kanak-Kanak. Sejarahnya lembaga taman kanak-kanak atau kindergarten ini berkembang di Jerman. Adapun nama kindergarten berasal dari bahasa Jerman. Tokohnya adalah Friederich Wilhelm Froebel (1782-1852). Di Indonesia pun Froebel ini dianggap sebagai peletak dasar diadakannya Taman Kanak-Kanak dengan metode belajar seraya bermain, bermain sambil belajar. Oleh karena itu pada jaman penjajahan Belanda istilah Taman kanak-kanak sering pula disebut kleuterschool atau Froebelschool. Tokoh lainnya yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan anak usia dini adalah Maria Montessori. Menurut Montessori pada diri anak terdapat semangat belajar yang sangat luar biasa. Oleh karena itu tugas guru adalah menciptakan lingkungan yang responsif terhadap kebutuhan anak-anak tersebut. Istilah Taman Kanak-Kanak dalam bahasa Inggris ada yang menamakan kids school. Pada tahun 1982 berkembang menjadi early child school education. Akar kata early child school berasal dari perkembangan kata itu, yaitu ada dari masa inform, bayi dua tahun, kemudian masuk masa early child school sampai umur enam atau tujuh tahun, baru dari umur tujuh tahun masuk masa child school. Dari masa early child school konsep pendidikan dalam artian yang terorganisir mulai dari anak usia dua tahun, baru masuk masa preschool biasanya anak empat sampai enam tahun, sedangkan pendidikan anak usia sebelumnya biasanya disebut informal education (pendidikan informal).
Konsep pendidikan anak usia dini di Indonesia mencakup pendidikan anak dari mulai usia nol tahun sampai enam tahun. Jadi mungkin lebih tepat dikatakan pendidikan sebelum masa kanak-kanak. Sebelum usia dua tahun namanya bukan anak tetapi inform. Di Amerika Serikat anak usia dini (early child school education) sampai usia tujuh atau delapan tahun atau sampai kelas tiga sekolah dasar (SD). Sebelum usia empat tahun bukan termasuk pendidikan, tetapi kelompok bermain (child chair). Anak-anak diberi kesempatan bermain di kelas secara bebas, sehingga mereka merasa senang di kelas. Tujuannya adalah untuk merangsang pertumbuhan sel saraf di otak (neurosikologi). Neurosikologi adalah teori psikologi yang menjelaskan tentang pertumbuhan sel saraf otak.
Di dalam ilmu pengetahuan kedokteran ditegaskan bahwa sel-sel manusia yang ada di kulit, otot, tulang, dan mata, akan mengalami pembaruan atau perkembangan setiap tujuh tahun sekali, kecuali sel pusat syaraf. Perkembangan sel pusat syaraf selesai pada usia 7 tahun. Begitu pula sel-sel otaknya berkembang pada masa 1 – 7 tahun. Berubahnya sel-sel otak dan sel pusat syaraf berubah-ubah atau berkembang mengalami pembaruan, maka akan berubah pula kepibadiannya. Untuk itu perilaku anak pun akan mengalami banyak perubahan setiap harinya. Hal ini merupakan rahmat Allah swt. terhadap makhluknya dengan tidak membebani taklif (perintah dan larangan agama) kepada orang yang belum mukallaf, yaitu orang yang belum sempurna perkembangan dirinya. Ketika anak beranjak dewasa, maka kepribadiannya makin kuat sesuai dengan kuatnya sel-sel pusat syaraf yang sudah tidak lagi mengalami penambahan dan pengurangan sedikitpun walaupun mengalami benturan atau sakit. Andai sel-sel pusat syaraf mengalami pengurangan atau penambahan setelah sempurnanya perkembangan, tentu anggota tubuh manusia tidak bisa bergerak sebagaimana mestinya.
Gambaran umum perkembangan jaringan otak anak usia dini yaitu usia 0-10 tahun jika diberi rangsangan/stimulus, maka grafiknya naik. Pada usia 7 dan 8 tahun sudah mulai naik tingkatannya. Pada usia mulai umur empat sampai enam tahun dikenal dengan usia wonder age. Namun harus memberikan rangsangan/stimulus. Rangsangan pada anak usia itu antara lain memberikan sentuhan, menunjukkan warna-warni, atau mendengarkan suara hingga otaknya optimal menerima dan mempengaruhi kendali tubuh termasuk otak kanan dan kiri. Jika tidak diberikan rangsangan maka akan menjadikan anak rentan terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Jika kita permissive kepada anak dengan memberikan kebebasan untuk berbuat, maka akan membuat anak benar-benar mandiri dan mampu mengendalikan dirinya sendiri. Namun sebaliknya jika anak tidak diberikan kebebasan berbuat akan menjadikan dirinya tidak mandiri dan menggantungkan dirinya kepada orang lain. Anak yang defendent (ketergantungan) kepada orang lain karena orang tuanya terlalu protektif sehingga dalam benak anak akan muncul rasa takut salah. Anak tidak diberikan kesempatan offensif sehingga muncul socio-conform, sehingga anak menjadi dependent. Oleh karena itu tidak usah heran jika ada anak yang sehari-harinya belajar sangat pinter dengan nilai-nilainya yang bagus. Namun kurang bersosialisasi atau tidak berani, takut, merasa malu ketika berdiskusi atau menyampaikan pendapat. Anak menjadi self relation atau hanya mampu bersosialisasi dengan dirinya saja tanpa dengan orang lain.
Anak-anak yang tumbuh dalam tekanan-tekanan, misalnya rasa takut, khawatir, stress, dan sebagainya ketika remajanya akan merasakan suatu dorongan-dorongan agresif atau nakal yang menimbulkan efek negatif. Mungkin anak itu kreatif tetapi kreatifitasnya menuju ke arah yang negatif bahkan bisa ke arah sadis. Tetapi jika anak-anak diperhatikan (care) bahkan sejak masa bayi hingga muncul rasa semangat, maka petumbuhannya akan sangat teratur sekali sehingga dia berpikir logis, lebih memperhatikan (care) kepada orang lain. Ibu memiliki peran sangat besar terhadap pendidikan anak-anak mulai sejak bayi. Ketika beranjak lebih besar lebih bagus jika anak itu dikirimkan ke child care atau kelompok bermain. Meskipun untuk saat sekarang yang mampu menitipkan anaknya ke tempat bermain adalah orang-orang yang kelas ekonominya menengah ke atas, karena kelompok menengah ke bawah jarang yang menitipkan anaknya di kelompok bermain. Namun demikian yang diperlukan dari seorang ibu adalah tahu cara mengasuh anak karena itu bagian dari tujuan pendidikan, sehingga anak-anak akan tumbuh bukan hanya secara fisik saja tetapi juga secara logis bagus pula tumbuh berkembang secara psikologisnya dan secara neurosis pada track yang bagus.
Layanan Pendidikan Anak Usia Dini
Layanan pendidikan anak usia dini untuk meningkatkan atau memperluas dan memeratakan atau meningkatkan proporsi anak yang terlayani pendidikan dan juga meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas. Perluasan pendidikan anak usia dini dalam upaya membina, menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal.
Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2005 salah satu prioritasnya “meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas antara lain dengan meningkatkan perluasan pendidikan anak usia dini”. Oleh karena itu diperlukan program atau lembaga pendidikan dengan sasarannya adalah untuk meningkatkan proporsi anak yang belajar pendidikan anak usia dini. Selain itu juga untuk meningkatkan prestasi anak usia dini dalam rangka membina, menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak usia dini sesuai dengan potensinya, tahap perkembangan, dan tingkat usia secara optimal agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Potensi sama dengan talent. Tahap perkembangan anak dapat dilihat dari sisi fisik, psikologis, neurologis, atau intelektual. Untuk menumbuh kembangkan anak usia dini itu maka diperlukan upaya meningkatkan akses serta mutu kelayakan baik melalui jalur formal maupun non formal. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah menyediakan sarana dan prasarana, termasuk optimalisasi fasilitas yang ada dan penyediaan pembiayaan operasional dan kongruen.
Penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini dengan jenis pelayanan yang lengkap dan utuh mencakup pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, serta perlindungan yang dilaksanakan secara terintegrasi oleh berbagai pihak penyelenggara menuju terwujudnya anak usia dini Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia. Tujuannya adalah terpenuhinya kebutuhan essensial anak usia dini secara utuh meliputi kesehatan dan gizi, pendidikan dan pengasuhan sesuai usia anak. Selain itu anak pun terlindungi dari perlakuan yang salah dari keluarga atau masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapat melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif sejak identifikasi kebutuhan, merancang program, melaksanakan program dan pengawasannya. Tempat, waktu, dan sarana yang digunakan bersifat fleksibel dan memberdayakan yang sudah ada di masyarakat yang penting aman bagi anak dan tidak mengganggu waktu istirahatnya, antara lain TK/RA, Posyandu, atau majlis taklim.
Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dilakukan melalui jalur formal, non formal dan informal. Jalur formal adalah taman kanak-kanak (TK), raudhatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Jalur non formal merupakan pengganti, pelengkap, dan penambah PAUD formal, yaitu kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sasarannya adalah anak usia 2-4 tahun jika sudah ada yang formal. Namun jika belum ada yang formal, maka sasarannya anak usia 4-6 tahun yang diarahkan menjadi TK alternatif. Jika yang formal sudah ada namun tidak memungkinkan menggarap anak usia 4-6 tahun, maka layanan diberikan oleh non formal. Jalur informal adalah pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Kompetensi yang dimiliki oleh anak setelah menyelesaikan pendidikan anak usia dini dan melanjutkan ke pendidikan selanjutnya adalah menjadi makhluk mulia yang tekun beribadah dan berperilaku sopan dan baik, kecerdasan kinestetik dengan gerakan halus dan kasar, mampu menyampaikan komunikasi dengan aktif dan santun, cara berpikirnya logis, kritis dalam memecahkan masalah, memiliki interes atau kreatif yang baik terhadap musik, adanya kecintaan pada alam sekitar, adat, dan budaya. Pencapaian kompetensi ini antara lain dilakukan melalui bermain sesuai dengan tingkat kemampuan anak, memperhatikan perbedaan individual anak, adanya suasana penuh perhatian dan kasih sayang pada anak, dan memperhatikan kebutuhan dan kondisi sosial budaya setempat.
Anak-anak yang memperoleh layanan PAUD prosentasenya atau angka partisipasinya baru 28% dari populasi kurang lebih 28 juta anak. Untuk itu perlu diusahakan agar bisa meningkatkan partisipasi sekolah anak yang bisa memperoleh layanan PAUD. Lulusan kualifikasi guru PAUD lebih banyak SLTA, D1, D2. atau D3, dan masih jarang yang S 1. Untuk itu kualifikasi guru itu perlu ditingkatnya dengan melanjutkannya ke S 1. Dari segi latar belakang orang tua yang menyekolahkan anaknya ke PAUD lulusan SMP sebanyak 59 %, SMA 32 %, D1 4 %, S1 3,5 %. Dari segi penghasilan orang tua yang menyekolahkan anaknya ke PAUD adalah penghasilan tidak tetap sebanyak 44 %, kurang dari Rp. 500.000 sebanyak 16%, antara Rp. 500.000-1.000.000 sebanyak 24%. Dari data itu mennjukkan bahwa orang tua yang berpenghasilan tidak tetap pun masih bisa menyekolahkan anaknya ke PAUD. Artinya mereka memandang bahwa PAUD itu penting. Permasalahan yang dihadapi adalah kurang optimalnya perhatian dan kepedulian terhadap PAUD, ketersediaan dan kualifikasi pendidik dan tenaga pendidik yang masih belum memadai, sehingga kualitas pembelajaran kurang optimal, sarana dan prasarana yang terbatas, keterbatasan akses pada tempat pendidikan secara merata.
Pendidikan Anak Usia Dini di Sekolah dan di Keluarga
Pendidikan selalu identik dengan sekolah atau lembaga pendidikan formal. Bahkan sekolah dianggap sebagai kebutuhan pokok yang harus dirasakan oleh anak dan tidak dapat digantikan dengan apapun. Sekolah dianggap sebagai sarana untuk tercapainya keberhasilan dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Oleh karena itulah banyak orang tua yang merasa khawatir jika anaknya tidak sekolah. Padahal sekolah itu hanya salah satu faktor keberhasilan anak dalam mengenyam pendidikan. Faktor lainnya adalah pendidikan keluarga di rumah karena pendidikan bermula dari keluarga yang dianggap sama pentingnya karena sekolah memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan itu antara lain keterbatasan waktu dan ruang. Waktu belajar di sekolah sekitar 5 – 8 jam. Tempat belajarnya pun terbatas hanya di ruangan yang terdiri atas empat dinding satu lantai dan satu atap. Kelemahan ini menyebakan sekolah tidak dapat menumbuhkembangkan potensi anak secara optimal. Akibatnya tujuan pendidikan untuk mendewasakan, memandirikan anak menjadi terbatas oleh waktu dan ruang tersebut. Sekolah pun tidak dapat mengambil alih sepenuhnya peran orang tua dalam mendidik anak, terutama dalam hal menanamkan nilai-nilai yang dianggap penting seperti pendidikan nilai, moral, sosialisasi, dan agama. Sedangkan sekolah lebih dominan pada pemberian ilmu pengetahuan yang bersifat akademik atau aspek kognitif saja.
Keluarga adalah unit masyarakat yang terkecil dan penting dalam masyarakat (family is the fundamental  of society). Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi anak. Keluarga sangat besar perannya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak hingga dewasa nanti. Di dalam resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dinyatakan bahwa keluarga adalah tempat untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak mengembangkan seluruh kemampuannya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Pembinaan keluarga dilakukan melalui pendidikan yang bertujuan agar seluruh anggota keluarga mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan ini dicapai didasarkan pada program pendidikan yang dilakukan oleh orang tua sejak anak-anak, remaja sampai dewasa, karena salah satu faktor penting dalam pendidikan di keluarga adalah orang tua. Orang tua sebenarnya bisa lebih mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai dengan bakat dan minat, karena orang tua akan langsung tahu sejauh mana anaknya belajar.
Seorang ahli bernama Bronfenbrenner (2006) mengatakan bahwa kesejahteraan psikis dan fisik serta pendidikan anak sangat bergantung pada sejahtera atau tidaknya keluarga. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi terbaik, dan kemampuan-kemapuan dasar, maka akan sulit sekali bagi lembaga-lembaga lain untuk memperbaiki kegagalannya. Seorang anak dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, dan setelah itu oleh lingkungan diluar keluarga. Peran keluarga dalam pendidikan, sosialisasi dan penanaman nilai kepada anak sangat besar. Keluarga kuat adalah keluarga yang dapat menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas dan berkarakter kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku kehidupan di masyarat. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan keberhasilan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.
Segala perilaku orang tua, pola asuh, dan pendidikan yang diterapkannya di dalam keluarga pasti berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Perilaku itu antara lain kasih sayang, sentuhan, kedekatan emosi (emotional bonding) orang tua serta penanaman nilai-nlai yang dapat mempengaruhi kepribadian anak. Mengembangkan pendidikan dalam keluarga maka orang tua memegang peran penting dalam mencetak anak mempunyai akhlak yang luhur, perilaku jujur, disiplin dan semangat sehingga akhirnya menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya. Usia dini merupakan masa peka anak-anak untuk menerima dan meletakkan dasar pertama dalam upaya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosi, konsep diri, disiplin, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Pada masa peka ini sedang terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespons berbagai rangsangan yang diterimanya dari luar. Usia dini merupakan masa kritis sebagai pembentukan karakter anak. Kegagalan penanaman karakter pada anak sejak usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Seperti dalam sebuah ungkapan bahwa mendidik anak-anak kecil ibarat menulis di atas batu yang akan terus berbekas sampai usia tua. Sedangkan mendidik orang dewasa ibarat menulis di atas air yang akan cepat sirna dan tidak berbekas. Membiasakan mendidik anak sejak kecil dapat membuahkan hasil yang terbaik. Sebaliknya membiasakannya ketika dewasa sangat sulit, seperti dalam sebuah perumpamaan bahw mendidik anak seperti sebatang dahan, ia akan lurus bila diluruskan. Dahan itu tidak akan bengkok meskipun sudah menjadi sebatang kayu. Thomas Licona (Depkominfo, 2006) mengungkapkan bahwa walaupun jumlah anak-anak hanya 25% dari jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan. Seorang anak adalah satu-satunya bahan dasar dapat membentuk seorang dewasa yang bertanggung jawab. Oleh karena itu orang tua dan juga guru hendaknya selalu mencegah anak-anak dari akhlak yang buruk sejak dini, sebagai bekal meletakkan dasar yang kuat bagi kehidupan di masa datang. Akhlak buruk yang timbul pada diri anak bukanlah lahir dari fitrahnya, melainkan karena kurangnya perhatian sejak dini dari orang tua. Jika semakin dewasa nanti maka akan semakin sulit untuk meninggalkan akhlak buruk tersebut karena sudah mengakar dalam dirinya dan menjadi kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan. Padahal agama mengajarkan bahwa setiap manusia mempunyai fitrah untuk melakukan kebaikan. Fitrah itu merupakan potensi yang perlu dikembangkan melalui pendidikan.
Dewasa ini sudah dan sedang terjadi perubahan proses pendidikan dari yang lebih mementingkan kecerdasan otak kiri atau IQ ke arah mementingkan kecerdasan otak kanan atau EQ atau kecerdasan emosional. Kecerdasan otak kiri menekankan pada anak untuk menguasai kemampuan kognitif. Keberhasilannya dtentukan oleh kemampuan anak membaca, menulis, dan berhitung pada usia dini. Kematangan emosi-sosial anak terbentuk sejak usia dini menentukan keberhasilan anak di sekolah dan di masyarakat, serta kehidupannya di masa selanjutnya. Kematangan emosi ditandai antara lain oleh ketertarikan pada sesuatu di sekelilingnya, mempunyai rasa percaya diri, mengetahui kapan dan bagaimana anak meminta pertolongan dari guru atau orang-orang dewasa lainnya, kesabaran menunggu, mematuhi instruksi, dan mampu bekerja sama dengan kelompok (Danil Goleman, 2006). Orang beranggapan keberhasilan akademik anak diukur dengan nilai angka dan ranking bukan pada proses belajar, sehingga anak dipaksa untuk belajar keras. Akibatnya waktu bermain anak tidak ada. Anak akan cepat bosan bahkan mogok belajar, prestasi belajarnya menurun. Pada usia dewasa nanti menjadi sumber daya manusia yang tidak bisa bekerja, atau tidak terampil. Anak tidak menghargai pekerjaan yang memerlukan keterampilan, kerajinan, ketekunan, kerja keras dan cerdas, percaya diri dengan kemampuan sendiri. Selain itu karena tujuannya mencetak anak pandai di bidang akademik kognitif, maka materi pelajaran yang berkaitan dengan otak kiri saja yang diperhatikan yaitu bahasa dan logis matematik. Padahal banyak materi pelajaran yang berkaitan dengan otak kanan (kesenian, musik,) kurang mendapat perhatian. Kalaupun ada perhatian, maka orientasinya juga lebih pada kognitif berupa hafalan, tidak ada apresiasi dan penghayatan yang dapat menumbuhkan semangat untuk belajar.
Anak usia dini yang tidak mempunyai bekal kompetensi sosial dan emosional sering tidak berhasil dalam masa-masa belajar di sekolah. Kehidupannya akan menghadapi berbagai masalah emosi, perilaku, akademik, dan perkembangan sosial yang akan terbawa sampai dewasa. Mereka mengalami rendahnya rasa percaya diri dan keingin tahuan, rendahnya motivasi, rendahnya rasa empati, ketidakmampuan mengontol diri, kegagalan bersosialisasi, dan ketidakmampuan bekerja. Daniel Goleman (Depkominfo, 2006:15) beranggapan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar ditentukan oleh kecerdasan emosi (80%) dan hanya 20% ditentukan oleh faktor kecerdasan kognitif (IQ). Beberapa aspek emosi-sosial yang menentukan keberhasilan anak antara lain rasa percaya diri (confidence), rasa ingin tahu (curiosity), kemampuan mengontrol diri (self control), kemampuan bekerja sama (cooperation), memiliki sifat jujur, bisa diandalkan, bisa dipercaya (amanah), bekerja tepat waktu, mampu dan cepat menyesuaikan diri dengan orang lain, mampu bekerja sama ataupun mandiri, mempunyai motivasi kuat meningkatkan kualitas diri, percaya bahwa dirinya berharga, mampu berkomunikasi, dapat menyelesaikan masalah.
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak agar senang dan termotivasi untuk terus belajar seraya bermain. Lebih menekankan pada penyiapan kecerdasan emosi sehingga anak diberi kesempatan untuk berkembang secara alami. Anak lebih senang bermain yang dapat mengembangkan fungsi otak kanan, sehingga akan memudahkan anak menguasai pelajaran yang diberikan guru. Anak mengalami proses social emotional learning (kecerdasan emosi), joyful learning (belajar yang menyenangkan), dan active learning (anak terlibat aktif). Anak bukan sekedar objek tetapi subjek pendidikan. Oleh karena itu guru di sekolah dan orang tua di rumah seharusnya memberikan lingkungan yang dapat menumbukan rasa senang dan gembira seolah-olah mereka sedang bermain, padahal sebenarnya sedang belajar. Anak-anak tanpa sadar sedang diberikan pelajaran, seperti berhitung, menulis, atau membaca. Anak tertarik dengan angka dan huruf sehingga anak menjadi lebih banyak bertanya dan ingin tahu untuk diajarkan lebih banyak lagi oleh guru atau orang tuanya. Pada diri anak akan tumbuh rasa cinta untuk belajar, tidak perlu dipaksakan dengan perintah atau pelajaran terlalu kaku, membebani, dan membosankan, sehingga hasilnya tidak optimal.
Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi anak yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Kematangan emosi sosial anak juga berkorelasi positif terhadap kesehatan fisik anak, yaitu anak mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Memenuhi dan melindungi anak berarti menyelamatkan masa depan bangsa. Untuk itu anak-anak mulai golden age hingga menjadi anak-anak bisa berkontribusi yang cukup signifikaan terhadap kemampuannya sehingga Indonesia pada tahun 2015 menjadi mandiri, sejahtera, dan terpadu. http://m-ali.net/